BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Kerajaan Sriwijaya
adalah salah satu Kemaharajaan maritim yang kuat di pulau Sumatera. Berdiri
pada abad ke VII, dibawah kekuasaan Wangsa Sailendra sekitar tahun 600-1400 M.
Kerajaan Majapahit
adalah sebuah kerajaan di Indonesia yang pernah berdiri dari sekitar tahun 1293
hingga 1500 M. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya dan menjadi
Kemaharajaan Raya yang menguasai wilayah yang luas pada masa kekusaan Hayam
Wuruk, yang berkuasa dari tahun 1350 hingga 1389.
Indonesia memperoleh kemerdekaan
dalam waktu yang lama. Banyak para pahlawan yang gugur demi mempertahankan bumi
pertiwi tercinta. Mereka mengorbankan seluruh jiwa dan raga
untuk mengejar sebuah kata merdeka. Sebelum tahun 1908, telah banyak bangsa
lain yang ingin menjajah dan menguasai Indonesia. Mereka banyak memeras,
menindas, dan merampas hak-hak rakyat Nusantara. Banyak perlawanan dari
pahlawan-pahlawan kita yang masih bersifat kedaerahan. Muncul banyak
tokoh-tokoh yang memegang andil besar dalam perlawanan terhadap penjajahan yang
bangsa lain lakukan.
Kebangkitan Nasional adalah masa
dimana bangkitnya rasa dan semangat persatuan,kesatuan dan nasionalisme serta
kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia yang sebelumnya tidak
pernah muncul selama penjajahan Belanda dan Jepang. Dalam masa ini muncul sekelompok masyarakat
indonesia yang menginginkan adanya perubahan dari masyarakat indonesia yang
selama ini dijajah dan ditindas oleh bangsa lain seperti belanda,jepang,dll.
Kebangkitan nasional Indonesia ditandai dengan berdirinya organisasi Budi
Utomo. Sedangkan kebangkitan pemuda Indonesia ditandai dengan adanya peristiwa
Sumpah Pemuda. Kedua peristiwa itu merupakan bagian dari peristiwa yang menjadi
tonggak sejarah kemerdekaan negara indonesia.
Sumpah Pemuda adalah satu
tonggak utama dalam sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia. Ikrar ini
dianggap sebagai kristalisasi semangat untuk menegaskan cita-cita berdirinya
negara Indonesia.
Guna
merangsang kepercayaan rakyat Indonesia, Jepang membentuk Gerakan Tiga A
(Nippon Cahaya Asia, Pelindung Asia, Pemimpin Asia). Jepang berjanji, jika
Perang Pasifik dimenangkan, bangsa-bangsa di Asia akan mendapat kemerdekaannya.
Selain itu, Jepang berjanji akan menciptakan kemakmuran bersama di antara
bangsa-bangsa Asia. Namun, dalam kenyataannya perlakuan Jepang yang kejam
menimbulkan perlawanan tokoh-tokoh nasionalis dan rakyat Indonesia terhadap
Jepang. Bentuk perlawanan terhadap Jepang ini dilakukan dengan cara kooperatif,
gerakan bawah tanah, dan angkat senjata.
1.2
RUMUSAN MASALAH
1.
Bagaimana nilai – nilai pancasila pada
masa kejayaan nasional ?
2.
Bagaimana nilai – nilai pancasila pada
masa kerajaan Sriwijaya dan Majapahit ?
3.
Bagaimana perjuangan bangsa Indonesia melawan system
penjajah pada masa sebelum abad ke-19 ?
4.
Bagaimana cara bangsa Indonesia mencapai
kebangkitan Nasional 1908 ?
5.
Apa saja yang dilakukan pemuda Indonesia
setelah merdeka?
6.
Bagaimana perjuangan bangsa Indonesia
pada masa penjajjahan Jepang ?
1.3
TUJUAN
1.
Untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan Pancasila
2.
Untuk menambah pengetahuan tentang nilai – nilai pancasila pada masa
kejayaan nasional
3.
Untuk menambah pengetahuan tentang nilai
– nilai pancasila pada masa kerajaan Sriwijaya dan Majapahit
4.
Untuk mengetahui bagaimana bangsa
Indonesia melawan penjajah sebelum abad ke-19
5.
Untuk mengetahui cara bangsa Indonesia
dalam mencapai kebangkitan nasional,mengikrarkan
janji serta perjuangan bangsa Indonesia pada saat di jajah oleh Jepang
1.4
MANFAAT
1. Agar mahasiswa mengetahui nilai – nilai pancasila pada masa kejaayan nasional
2. Agar mahasiswa mengetahui nilai – nilai pancasila pada
masa kerajaan Sriwijaya dan Majapaphit
3. Agar mahasiswa mengetahui bagaimana bangsa Indonesia
melawan penjajah sebelum abad ke – 19
4. Agar mahasiswa mengetahui cara bangsa Indonesia dalam
mencapai kebangkitan nasional, mengikrarkan janji serta perjuangan bangsa
Indonesia pada saat dijajah oleh Jepang .
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Perjuangan Bangsa Indonesia Melawan
Penjajah
Menurut
sejarah, kira – kira pada abad VII – XII, bangsa Indonesia telah mendirikan
kerajaan Sriwijaya di Sumatera Selatan dan kemudian pada abad XIII- XVI, didirikan pula kerajaan Majapahit di
Jawa Timur.Kedua zaman itu merupakan tonggak sejarah bangsa Indonesia karena
bangsa Indonesia pada masa itu telah merupakan berdaulat,bersatu,serta
mempunyai wilayah yang meliputi seluruh nusantara ini. Pada zaman kedua
kerajaan itu telah mengalami kehidupan masyarakat yang sejahtera.
Menurut
Mr.Muhammad Yamin, berdirinya negara kebangsaan Indonesia tidak dapat
dipisahkan dengan kerjaan – kerajaan lama yang merupakan warisan nenek moyang
bangsa Indonesia . Negara kebangsaan Indonesia terbentuk melalui tiga tahap
.Pertama, zaman Sriwijaya di bawah wangsa Syailendra (600 – 1400). Kedua,
negara kebangsaan zaman Majapahit (1293 – 1525).Kedua tahap negara kebangsaan
tersebut adalah negara kebangasaan lama. Ketiga, negara kebangsaan modern,
yaitu negara Indonesia merdeka 17 Agustus 1945.
2.2
Nilai-nilai Pancasila Pada Masa Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya
berdiri pada abad ke VII, di bawah kekuasaan Wangsa Sailendra dikenal sebagai
Kerajaan Maritim yang mengadakan jalur perhubungan laut. Sistem perdagangan
telah diatur dengan baik, supaya rakyat mengalami kemudahan dalam pemasarannya.
Selain itu juga sudah ada badan yang bertugas mengurus pajak, harta benda
kerajaan, kerohaniawan yang menjadi pengawas teknis pembangunan dan
patung-patung suci sehingga kerajaan dapat menjalakan sistem negaranya dengan
nilai-nilai ketuhanan.
Cita-cita kesejahteraan
bersama dalam suatu Negara telah tercermin dalam Kerajaan Sriwijaya sebagaimana
tersebut dalam perkataan “Marvuai Vannua Criwijaya Siddhayatra Subhika” (suatu
cita-cita negara yang adil dan makmur).
Pada hakekatnya
nilai-niai budaya Kerajaan Sriwijaya telah menunjukan nilai-nilai Pancasila,
yaitu sebagai berikut:
a) Nilai sila pertama, terwujud dengan adanya
agama Budha dan Hindu yang hidup berdampingan secara damai. Pada Kerajaan
Sriwijaya terdapat pusat kegiatan pembinaan dan pengembangan agama Buddha.
b) Nilai sila kedua, terjalinnya hubungan
antara Sriwijaya dengan India (Dinasti Marsha). Pengiriman para pemuda untuk
belajar ke India menunjukan telah tumbuh nilai-nilai politik luar negeri yang
bebas aktif.
c) Nilai sila ketiga, sebagai Negara Maritim,
Kerajaan Sriwijaya telah menerapkan konsep Negara kepulauan sesuai dengan
konsep wawasan nusantara.
d) Nilai sila keempat, Kerajaan Sriwijaya telah
memiliki kedaulatan yang luas meliputi Siam dan Semenanjung Melayu
e) Nilai
sila kelima, Kerajaan Sriwijaya menjadi pusat pelayanan dan perdagangan
sehingga kehidupan rakyatnya sangat makmur.
2.3
Nilai-nilai Pancasila Pada Masa Kerajaan Majapahit
Sebelum Kerajaan
Majapahit berdiri telah berdiri kerajaan di Jawa Tengah dan Jawa Timur secara
silih berganti yaitu, Kerajaan Kalingga(abad ke-VII), Sanjaya(abad keVIII),
sebagai refleksi puncak budaya kerajaan tersebut dibangunnya Candi Borobudur
dan Candi Prambanan. Agama yang dilaksanakan pada zaman Kerajaan Majapahit ini
adalah Agama Hindu dan Budha yang saling hidup berdampingan secara damai. Pada
masa ini mulai dikenal beberapa istilah dan nilai-nilai Pancasila pada Kerajaan
Majapahit, yaitu sebagai berikut:
a) Nilai sila pertama, terbukti pada waktu
agama Hindu dan Budha hidup berdampingan secara damai. Istilah Pancasila
terdapat dalam buku Negarakertagama karangan Empu Prapanca dan Empu Tantular
mengarang buku Sutasoma yang terdapat Sloka persatuan nasional yang
berbunyi”Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrua” yang artinya, walaupun
berbeda-beda namun tetap satu jua dan tidak ada agama yang memiliki tujuan
berbeda.
b) Nilai sila kedua, terwujud pada hubungan
baik Raja Hayam Wuruk dengan Kerajaan Tiongkok, Ayoda, Champa, dan Kamboja.
Disamping itu juga menjalin persahabatan dengan Negara-negara tetangga.
c) Nilai sila ketiga, terwujud dengan keutuhan
kerajaan. Khususnya dalam Sumpah Palapa yang diucapkan oleh Mahapatih Gajah
Mada dalam sidang Ratu dan Menteri-menteri pada tahun 1331
d) Nilai sila keempat, terdapat semacam
penasehat dalam tata pemerintahan Majapahit yang menunjukan nilai-nilai
musyawarah mufakat. Menurut Prasasti Kerajaan Brambang(1329), dalam tata
Pemerintahan Kerajaan Majapahit terdapat semacam penasehat kerajaan. Seperti,
Rakryan I Hino, I Sirikan dan I Halu yng berarti memberikan nasehat kepada
Raja. Kerukunan dan gotong royong dalam kehidupan masyarakat telah menumbuhkan
adat bermusyawarah untuk mufakat dalam memutuskan masalah bersama.
e) Nilai sila kelima, terwujud dengan
berdirinya kerajaan selama beberapa abad yang ditopang dengan kesejahteraan dan
kemakmuran rakyatnya.
2.4
Perjuangan Bangsa Indonesia Sebelum Abad ke- 19
A. Perjuangan Melawan Portugis
Perjuangan pertama dlakukan oleh
rakyat malaka, Johor, Aceh, Maluku, Demak dan Sunda Kelapa.
1.
Perjuanagn Rakyat Malaka
Pada tahun 1511 dibawah pimpinan Sultan Mahmud Syah I
melakukan perlawanan terhadap Portugis namun Malaka dapat di desak hingga
menyingkir ke pulau Bintan. Akhirnya Malaka jatuh ke portugis pada 1511. Pada
1526 pulau Bintan diserbu oleh Portugis Sultan Mahmud Syah I lari
ke pulau Kampar hingga wafatnya 1528.
2.
Perjuangan Rakyat Johor
Dipimpin oleh Alaudin Ri’ayat Syah II mulai tahun 1530
kemudian dilanjutkan Abdul Jalil Syah I (1580-1597) dapat menangkis serangan
Portugis.
3.
Perjuangan Rakyat Demak
Dipimpin oleh Dipati Unus. Pada tahun 1512-1523.
Melakukan perlawanan terhadap Portugis, dibantu oleh armada Aceh, Palembang,
dan Bintan. Berusaha merebut keembali Malaka namun tidak berhasil.
4.
Perjuangan Rakyat Maluku
Berhasil menaklukkan Malaka tahun 1511 kemudian menuju
ke Maluku Utara karena sebagai penghasil rempah-rempah. Tahun 1512 Portugis
mengadakan hubungan dagang dengan Sulatan Harun dari Ternate. Portugis ternyata
memonopoli perdagangan, memeras dan menindas rakyat, penyebaran agama Kristen
secara paksa sehingga membuat rakyat melakukan perlawanan. Tahun 1550 rakyat
Ternate dibawah pimpinan Sultan Hairun melakukan perlawanan. Portugis menipu
dan membunuh Sultan Hairun dnegan dalih untuk mengadakan perundingan.
Perjuangan diteruskan oleh Sultan Baabullah, putra Sultan Hairun. Tahun
1570-1575 Ternate, Tidore, dan Halmahera bersatu padu melawan Portugis. Tanggal
18 Desember 1577 rakyat Ternate berhasil mengusir Portugis dari Ternate.
5.
Perjuangan Rakyat Sunda
Kelapa
Fatahillah seorang ulama dari Demak yang menyebarkan
agama islam di Jawa Barat memimpin rakyat melakukan perlawanan terhadap
Portugis. Tahun 1527 Fatahillah menyerang orang-orang Portugis di Sunda Kelapa
dan berhasil mengalahkannya. Portugis terusir kembali ke Malaka. Sunda Kelapa
diganti menjadi Jayakarta oleh Fatahillah kemudian berdirilah kerajaan Banten.
B. Perjuangan
Menentang Penjajah Belanda
Perjuangan menentang Belanda menggunakan kekerasan
senjata dimulai sejak awal abad ke tujuh belas sampai abad dua puluh. Pada abad
ke-16 penentangan dilakukan oleh:
1. Sultan Agung dari Mataram (1613-1645).
2. Sultan Hasanuddin dari kerajaan Goa Sulawesi
Selatan (1667)
3. Sultan Ageng Tirtayasa (1684)
4. Sultan Iskandar Muda dari Aceh (1635)
5. Untung Suropati dan Trunojoyo (1670)
6. Ibnu Iskandar dari Minangkabau (1680)
Yang berjuang pada abad ke-19 antara lain:
1. Pattimura dari Maluku (1817)
2. Pangeran Diponegoro (1825-1830)
3. Imam Bonjol dari Minangkabau (1822-1837)
4. Sultan Badaruddin dari Palembang (1817)
5. Pangeran Antasari dari Kalimantan (1860)
6. Jelantik dari Bali (1850)
7. Anak Agung Made dari Lombok (1895)
8. Teuku Umar, Teuku Cik Di Tiro, Cut Nyak Dien
(1873-1904)
9. Si singamangaraja dari Batak (1900)
Perlawanan membawa kerugian besar
bagi pihak Belanda. Pengorbanan harta benda dan jiwa sangat besar juga dari
Indonesia. Sampai awal abad ke-20 Belanda tidak dapat terusir dari tanah air
Indonesia.
C. Kelemahan
perjuangan Bangsa Indonesia :
1. Perlawanan secara sporadic dan tidak serentak
2. Perlawanan dipimpin oleh pimpinan kharismatik
sehingga tidak ada yang melanjutkan
3. Sebelum masa 1908 perlawanan menggunakan
kekerasan senjata
4. Para pejuang di adu domba oleh penjajah (devide et impera politik
memecah belah bangsa Indonesia).
2.5 Perjuangan
Bangsa Indonesia Setelah Abad ke - 19
A.
Penjajahan Jepang 1942-1945
Kedatangan Jepang semula disambut
gembira karena dianggap sebagai tentara pembebas yang akan melepaskan belenggu
rakyat Indonesia dari belenggu penjajahan belanda propagandanya menyatakan
bahwa jepang (Nippon) adalah saudara tua, pemimpin asia, pelindung asia, dan
untuk kemakmuran asia. Pada awalnya memperoleh simpati rakyat namun pada
akhirnya menjajah dan mengeksploitas dengan sangat kejam, masa penjajahannya
hanya 3,5 tahun namun membuat bangsa Indonesia sangat menderita. Penjajahan
Jepang berakhir saat jepang harus menyerah tanpa syarat terhadap sekutu pada
tanggal 14 agustus 1945 setelah secara berturut-turut Hiroshima dan Nagasaki
dijatuhi bom atom oleh amerika serikat tanggal 6 dan 9 agustus 1945.
B.
Penderitaan di Bawah
Penjajahan
Selama berabad-abad mendatangkan
penderitaan bangsa Indonesia bangsa penjajah memperlakukan rakyat Indonesia
semena-mena tidak lagi ada kemerdekaan, kebebasan, dan kedaulatan hanya ada
pemaksaan, penindasan, eksploitasi tenaga manusia, eksploitasi kekayaan tanah
air yang keuntungannya untuk kepentingan bangsa penjajah. Portugis pertama kali
datang ke Indonesia memonopoli perdagangan di Indonesia selalu memaksakan
keinginannya dengan jalan kekerasan mereka menaklukan kerajaan-kerajaan yang
tak mau tunduk.
Bergantinya penjajahan dari Portugis
ke Belanda hasilnya semakin buruk jauh lebih buruk dan lebih lama dan
penjajahan yang dilakukan oleh VOC menerapakan beberapa kebijakan yang sangat
merugikan, antara lain:
1. Sistem monopoli
perdagangan ( menguasai seluruh perdagangan)
2. Kerja rodi ( kerja
paksa tanpa upah)
3. Pungutan pajak yang
sangat memberatkan rakyat
4. Wajib tanam kopi
untuk perdagangan VOC
5. Pelayaran Hongi (
mendayung perahu kora-kora di perairan maluku)
6. Ekstripasi (
penebangan tanaman yang melanggar aturan monopoli )
7. Tanam paksa ( menanam
tanaman keperluan ekspor VOC ke Eropa)
Rakyat sangat menderita karena harus
kerja rodi menyerahkan semua hasil tanamn dan itu berlangsung lama rakyat
akhirnya kelaparan dan akhirnya meninggal dunia. Penyerahan pajak ke VOC harus
dalam bentuk barang yaitu hasil pertanian mereka bukan dalam bentuk uang
seperti sistem pajak tanah. Vandenbosch berpendapat bahwa sistem ini dapat
menaikan tanaman dagangan yang dikirim ke Belanda, menguntungkan rakyat tidak
lagi harus membayar pajak tanah.
Ketentuan tanam paksa sebagai berikut:
a) Menyediakan
sebagian dari tanahnya untuk menanam tanaman yang dapat dijual di pasaran
eropa.
b) Bagian dari
tanah pertanian untuk tujuan ini tidak boleh melebihi sperlima dari tanah
pertanian.
c) Waktu
pengerjaan tanaman wajib tidak boleh melebihi waktu penanaman padi.
d) Bagian dari
tanah untuk menanam tanamamn wajib dibebaskan dari pembayaran pajak tanah.
e) Tanaman
wajib diserahkan kepada pemerintah hindia belanda jika ditaksir melebihi pajak
tanah yang harus dibayar maka selisih akan dikembalikan.
f) Panen yang
gagal akan dibebankan pada pemerintah.
g) Pengerjaan
tanah di bawah pengawasan kepala pemerintah.
Dalam prakteknya ketentuan-ketentuan
tersebut diselewengkan oleh para pegawai pemerintah Hindia Belanda dan para
pemimpin pribumi yang mencari keuntungan untuk kepentingan mereka sendiri tanam
paksa sangat menyengsarakan rakyat.
2.6 Kebangkitan
Nasional 1908
Kebangkitan Nasional adalah Masa
dimana Bangkitnya Rasa dan Semangat Persatuan, Kesatuan, dan Nasionalisme serta
kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia, yang
sebelumnya tidak pernah muncul selama penjajahan Belanda dan Jepang. Masa ini ditandai dengan dua
peristiwa penting yaitu berdirinya Boedi Oetomo (20 Mei 1908) dan ikrar Sumpah Pemuda (28 Oktober 1928). Masa ini
merupakan salah satu dampak politik etis yang mulai
diperjuangkan sejak masa Multatuli.
Pada tahun 1912 berdirilah Partai Politik pertama di
Indonesia (Hindia Belanda), Indische Partij. Pada tahun
itu juga Haji
Samanhudi mendirikan Sarekat
Dagang Islam (di Solo), KH Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah (di Yogyakarta), Dwijo Sewoyo dan kawan-kawan mendirikan Asuransi
Jiwa Bersama Boemi
Poetra di Magelang. Kebangkitan
pergerakan nasional Indonesia bukan berawal dari berdirinya Boedi Oetomo, tapi
sebenarnya diawali dengan berdirinya Sarekat Dagang Islam pada tahun 1905 di
Pasar Laweyan, Solo. Sarekat ini awalnya berdiri untuk menandingi dominasi
pedagang Cina pada waktu itu. Kemudian berkembang menjadi organisasi pergerakan
sehingga pada tahun 1906 berubah nama
menjadi Sarekat Islam.
Suwardi
Suryaningrat yang tergabung dalam Komite Boemi Poetera, menulis
"Als ik eens Nederlander was" ("Seandainya
aku seorang Belanda"), pada tanggal 20 Juli 1913 yang memprotes
keras rencana pemerintah Hindia Belanda merayakan 100
tahun kemerdekaan Belanda di Hindia Belanda. Karena tulisan inilah dr. Tjipto
Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat dihukum dan diasingkan ke Banda dan Bangka, tetapi karena
"boleh memilih", keduanya dibuang ke Negeri Belanda. Di sana
Suwardi justru belajar ilmu pendidikan dan dr. Tjipto karena sakit dipulangkan
ke Hindia Belanda
2.7 Sumpah
Pemuda 1928
Sumpah Pemuda adalah satu
tonggak utama dalam sejarah pergerakan
kemerdekaan Indonesia. Ikrar ini dianggap sebagai kristalisasi semangat untuk
menegaskan cita-cita berdirinya negara Indonesia.
Yang dimaksud dengan "Sumpah Pemuda" adalah
keputusan Kongres Pemuda
Kedua[1] yang diselenggarakan dua hari, 27-28
Oktober 1928 di Batavia (Jakarta). Keputusan ini menegaskan
cita-cita akan ada "tanah air Indonesia", "bangsa
Indonesia", dan "bahasa Indonesia". Keputusan ini juga
diharapkan menjadi asas bagi setiap "perkumpulan kebangsaan
Indonesia" dan agar "disiarkan dalam segala surat kabar dan dibacakan
di muka rapat perkumpulan-perkumpulan".
Istilah "Sumpah Pemuda" sendiri tidak muncul
dalam putusan kongres tersebut, melainkan diberikan setelahnya.[2] Berikut ini adalah bunyi tiga
keputusan kongres tersebut sebagaimana tercantum pada prasasti di dinding Museum Sumpah
Pemuda[3]. Penulisan menggunakan ejaan van
Ophuysen.
Pertama:
Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.
Kedoea:
Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.
Ketiga:
Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.
Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.
Kedoea:
Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.
Ketiga:
Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.
A. Rumusan Kongres
Rumusan Kongres Sumpah Pemuda ditulis Moehammad Yamin pada secarik
kertas yang disodorkan kepada Soegondo ketika Mr. Sunario tengah berpidato pada sesi terakhir kongres (sebagai
utusan kepanduan) sambil
berbisik kepada Soegondo: Ik heb een eleganter formulering voor de resolutie
(Saya mempunyai suatu formulasi yang lebih elegan untuk keputusan Kongres ini),
yang kemudian Soegondo membubuhi paraf setuju pada secarik kertas
tersebut, kemudian diteruskan kepada yang lain untuk paraf setuju juga. [4] Sumpah tersebut awalnya dibacakan oleh
Soegondo dan kemudian dijelaskan panjang-lebar oleh Yamin.[5]
B.
Sejarah Sumpah
Pemuda
Peristiwa
sejarah Soempah Pemoeda atau Sumpah Pemuda merupakan suatu pengakuan dari
Pemuda-Pemudi Indonesia yang mengikrarkan satu tanah air, satu bangsa dan satu
bahasa. Sumpah Pemuda dibacakan pada tanggal 28 Oktober 1928 hasil rumusan dari
Kerapatan Pemoeda-Pemoedi atau Kongres Pemuda II Indonesia yang hingga kini
setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda
Kongres Pemuda II dilaksanakan tiga sesi di tiga tempat berbeda oleh organisasi Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI) yang beranggotakan pelajar dari seluruh wilayah Indonesia. Kongres tersebut dihadiri oleh berbagai wakil organisasi kepemudaan yaitu Jong Java, Jong Batak, Jong, Celebes, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, Jong Ambon, dsb serta pengamat dari pemuda tiong hoa seperti Kwee Thiam Hong, John Lauw Tjoan Hok, Oey Kay Siang dan Tjoi Djien Kwie.
Gagasan penyelenggaraan Kongres Pemuda Kedua berasal dari Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI), sebuah organisasi pemuda yang beranggota pelajar dari seluruh Indonesia. Atas inisiatif PPPI, kongres dilaksanakan di tiga gedung yang berbeda dan dibagi dalam tiga kali rapat.
Kongres Pemuda II dilaksanakan tiga sesi di tiga tempat berbeda oleh organisasi Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI) yang beranggotakan pelajar dari seluruh wilayah Indonesia. Kongres tersebut dihadiri oleh berbagai wakil organisasi kepemudaan yaitu Jong Java, Jong Batak, Jong, Celebes, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, Jong Ambon, dsb serta pengamat dari pemuda tiong hoa seperti Kwee Thiam Hong, John Lauw Tjoan Hok, Oey Kay Siang dan Tjoi Djien Kwie.
Gagasan penyelenggaraan Kongres Pemuda Kedua berasal dari Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI), sebuah organisasi pemuda yang beranggota pelajar dari seluruh Indonesia. Atas inisiatif PPPI, kongres dilaksanakan di tiga gedung yang berbeda dan dibagi dalam tiga kali rapat.
2.8 Perjuangan Bangsa Indonesia Pada Masa Pendudukan Jepang
Guna
merangsang kepercayaan rakyat Indonesia, Jepang membentuk Gerakan Tiga A
(Nippon Cahaya Asia, Pelindung Asia, Pemimpin Asia). Jepang berjanji, jika
Perang Pasifik dimenangkan, bangsa-bangsa di Asia akan mendapat kemerdekaannya.
Selain itu, Jepang berjanji akan menciptakan kemakmuran bersama di antara
bangsa-bangsa Asia. Namun, dalam kenyataannya perlakuan Jepang yang kejam
menimbulkan perlawanan tokoh-tokoh nasionalis dan rakyat Indonesia terhadap
Jepang. Bentuk perlawanan terhadap Jepang ini dilakukan dengan cara kooperatif,
gerakan bawah tanah, dan angkat senjata.
1.
Perjuangan Kooperatif (Kerjasama)
Sejumlah
tokoh nasionalis Indonesia banyak yang menggunakan kesempatan pendudukan Jepang
untuk mencapai kemerdekaan Indonesia. Banyak di antara mereka yang menduduki
jabatanjabatan penting dalam lembaga-lembaga yang dibentuk Jepang. Misalnya,
Ir. Sukarno, Moh. Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan K.H. Mas Mansyur menduduki
pimpinan Pusat Tenaga Rakyat (Putera). Mereka dikenal dengan sebutan “Empat
Serangkai”. Putera merupakan sebuah organisasi yang dibentuk Jepang pada Maret
1943, bertujuan menggerakan rakyat Indonesia untuk mendukung peperangan Jepang
menghadapi Sekutu.
Melalui
Putera, para pemimpin Indonesia dapat berhubungan dengan rakyat secara
langsung, baik melalui rapat-rapat maupun media massa milik Jepang. Tokoh-tokoh
Putera memanfaatkan organisasi-organisasi itu untuk menggembleng mental dan
membangkitkan semangat nasionalisme serta menumbuhkan rasa percaya diri serta
harga diri sebagai bangsa.
Mereka
selalu menekankan pentingnya persatuan, pentingnya memupuk terusmenerus
semangat cinta tanah air, dan harus lebih memperhebat semangat
antiimperialisme- kolonialisme. Organisasi Putera mendapat sambutan yang hangat
dari seluruh rakyat. Namun, karena Putera nyatanya bermanfaat bagi bangsa
Indoensia, pemerintah Jepang akhirnya membubarkannya pada April 1944.
Selain
melalui Putera, para pemimpin pergerakan juga berjuang melalui Badan
Pertimbangan Pusat atau Cou Sangi In yang dibentuk Jepang pada 5
September 1943. Badan ini beranggotakan 43 orang dan diketuai oleh Ir.
Soekarno. Dalam sidangnya pada 20 Oktober 1943, Cuo Sangi In menetapkan
bahwa agar Jepang menang dalam perang, perlu dikerahkan segala potensi dan
produksi dari rakyat Indoensia.
Untuk
melaksanakan ketetapan itu dibentuklah berbagai kesatuan pemuda, sebagai wadah
penggemblengan mental dan semangat juang agar mereka menjadi tenaga-tenaga
pejuang yang militan. Berbagai kesatuan pemuda yang berhasil dibentuk antara
lain: Seinendan (Barisan Pemuda), Keibodan (Barisan Pembantu
Polisi), Seisyintai (Barisan Pelopor), Gakutotai (Barisan
Pelajar), dan Fujinkai (Barisan Wanita).
Pada
saat penggemblengan mental itulah Ir. Soekarno selalu menyisipkan penanaman
jiwa dan semangat nasionalisme, pentingnya persatuan dan kesatuan serta
keberanian berjuang dengan risiko apa pun untuk menuju Indonesia merdeka.
Dengan demikian, kebijakan pemerintah Jepang dimanfaatkan oleh tokoh-tokoh
nasional untuk perjuangan. Para pemimpin Indonesia memanfaatkan organisasi ini
untuk memupuk rasa persatuan dan kesatuan. Jelas sekali, para pemimpin
Indonesia tidak bodoh untuk dibohongi oleh Jepang.
2. Perjuangan
Bawah Tanah
Perjuangan
bawah tanah adalah perjuangan yang dilakukan secara tertutup dan rahasia.
Perjuang bawah tanah ini dilakukan oleh para tokoh nasionalis yang bekerja pasa
instansi-instansi pemerintahan buatan Jepang. Jadi, di balik kepatuhannya
terhadap Jepang, tersembunyi kegiatan-kegiatan yang bertujuan menghimpun dan
mempersatukan rakyat untuk meneruskan perjuang untuk mecapai Indonesia merdeka.
Perjuangan
bawah tanah ini tersebar di berbagai tempat: Jakarta, Semarang, Bandung,
Surabaya, serta Medan. Di Jakarta terdapat beberapa kelompok yang melakukan
perjuangan model ini. Antara kelompok perjuangan yang satu dengan kelompok
perjuangan yang lain, selalu terjadi kontak hubungan.
Kelompokkelompok
perjuang tersebut, antara lain:
a) Kelompok Sukarni
Sukarni
adalah tokoh pergerakan pada zaman Hindia Belanda. Pada masa pendudukan Jepang,
ia bekerja di Sendenbu (Barisan Propaganda Jepang) bersama-sama dengan Muhammad Yamin. Sukarni menghimpun tokoh-tokoh
pergerakan yang lain, antara lain: Adam
Malik, Kusnaeni, Pandu Wiguna, dan Maruto Nitimiharjo. Gerakan yang
dilakukan kelompok Sukarni adalah menyebarluaskan cita-cita kemerdekaan,
menghimpun orangorang yang berjiwa revolusioner, dan mengungkapkan
kebohongan-kebohongan yang dilakukan oleh Jepang.
Sebagai
pegawai Sendenbu, Sukarni bebas mengunjungi asrama Peta (Pembela Tanah
Air) yang tersebar di seluruh Jawa. Karena itu, Sukarni mengetahui seberapa
besar kekuatan revolusioner yang anti-Jepang. Untuk menutupi gerakannya,
kelompok Sukarni mendirikan asrama politik, yang diberi nama “Angkatan Baru Indonesia” yang didukung
Sendenbu. Di dalam asrama ini terkumpul para tokoh pergerakan antara
lain: Ir. Sukarno, Mohammad Hatta, Ahmad Subarjo, dan Sunarya yang bertugas mendidik para
pemuda tantang masalah politik dan pengetahuan umum.
b) Kelompok Ahmad Subarjo
Ahmad Subarjo pada masa pendudukan
Jepang menjabat sebagai Kepala Biro Riset Kaigun Bukanfu (Kantor
Penghubung Angkatan Laut) di Jakarta. Ahmad Subarjo berusaha menghimpun
tokoh-tokoh bangsa Indonesia yang bekerja dalam Angkatan Laut Jepang. Atas
dorongan dari kelompok Ahmad Subarjo, Angkatan Laut berhasil mendirikan asrama
pemuda yang bernama “Asrama Indonesia
Merdeka”. Di asrama Indonesia Merdeka inilah para pemimpin bangsa
Indonesia memberikan pelajaran-pelajaran guna menanamkan semangat nasionalisme
kepada para pemuda Indonesia.
c) Kelompok Sutan Syahrir
Sutan Syahrir merupakan tokoh besar
pergerakan nasional, yang pada zaman Hindia Belanda tahun 1935 dibuang ke Boven
Digul di Irian Jaya, kemudian dipindahkan ke Banda Neira dan terakhir ke
Sukabumi. Pada masa pendudukan Jepang, Syahrir berjuang diam-diam dengan cara
menghimpun teman-teman sekolahnya dulu dan rekan-rekan seorganisasi pada zaman
Hindia Belanda. Terbentuklah satu kelompok rahasia, Kelompok Syahrir.
Dalam
perjuangannya, Syahrir juga menjalin hubungan dengan pemimpin-pemimpin bangsa
yang terpaksa bekerja sama dengan Jepang. Di samping itu, hubungan kelompok
Syahrir dengan kelompok perjuangan yang lain berjalan cukup baik. Karena gerak
langkah Syahrir dicurigai Jepang, untuk menghilangkan kecurigaan pihak Jepang
Syahrir bersedia memberi pelajaran di Asrama Indonesia Merdeka milik Angkatan
Laut Jepang (Kaigun), bersama dengan Ir. Sukarno, Mohammad Hatta, Ahmad
Subarjo, dan Iwa Kusumasumantri.
d) Kelompok Pemuda
Kelompok
Pemuda pada masa Jepang mendapat perhatian khusus dari pemerintah Jepang.
Jepang berusaha memengaruhi para pemuda Indoensia dengan propaganda yang
menarik. Dengan demikian, nantinya para pemuda Indonesia merupakan alat yang
ampuh guna menjalankan kepentingan Jepang. Jepang menanamkan pengaruhnya pada
para pemuda Indonesia melalui kursus-kursus dan lembaga-lembaga yang sudah ada
sejak zaman Hindia Belanda.
Jepang
mendukung berdirinya kursus-kursus yang diadakan dalam asrama-asrama, misalnya
di Asrama Angkatan Baru Indonesia yang terdapat Sendenbu dan Asrama
Indonesia Merdeka yang didirikan Angkatan Laut Jepang. Namun, pemuda Indonesia
baik pelajar maupun mahasiswa tidak gampang termakan oleh propaganda Jepang.
Mereka menyadari bahwa imperialisme yang dilakukan oleh Jepang pada hakikatnya
sama dengan imperialisme bangsa Barat.
Pada
masa itu, di Jakarta terdapat 2 kelompok pemuda yang aktif berjuang, yakni yang
terhimpun dalam asrama Ika Daikagu (Sekolah Tinggi Kedokteran) dan
kelompok pemuda yang terhimpun dalam Badan Permusyawaratan/Perwakilan Pelajar
Indonesia (Baperpri). Kelompok terpelajar tersebut mempunyai ikatan organisasi
yang bernama Persatuan Mahasiswa.
Organisasi
ini merupakan wadah untuk menyusun aksi-aksi terhadap penguasa Jepang dan menyusun
pertemuan-pertemuan dengan para pemimpin bangsa. Dalam perjuangannya, kelompok
pemuda juga selalu berhubungan dengan kelompok-kelompok yang lain, yaitu
kelompok Sukarni, kelompok Ahmad Subarjo, dan Kelompok Syahrir. Tokoh-tokoh
Kelompok Pemuda yang terkenal antara lain: Chaerul Saleh, Darwis.
Johar Nur, Eri Sadewo, E.A. Ratulangi, dan Syarif
Thayeb.
3. Perlawanan
Angkat Senjata
Perlakuan
Jepang yang tak berperikemanusian menimbulkan reaksi dan perlawanan dari rakyat
Indonesia di berbagai wilayah. Kebencian ini bertambah ketika di beberapa
tempat, Jepang menghina aspek-aspek keagamaan. Berikut ini beberapa perlawanan
rakyat pada masa penjajahan Jepang.
a) Perlawanan di Cot Plieng, Aceh
Perlawanan
di Aceh ini dipimpin oleh Tengku Abdul Djalil, seorang ulama pemuda.
Pada 10 November 1942, tentara Jepang menyerang Cot Plieng pada saat rakyat
sedang melaksanakan shalat subuh. Penyerangan pagi buta ini akhirnya dapat
digagalkan oleh rakyat dengan menggunakan senjata kelewang, pedang, dan
rencong.
Begitupun
dengan dengan serangan kedua, tentara Jepang berhasil dipukul mundur. Namun
pada serangan yang ketiga, pasukan Teungku Abdul Jalil dapat dikalahkan Jepang.
Peperangan ini telah merenggut 90 tentara Jepang dan sekitar 3.000 masyarakat
Cot Plieng.
b) Perlawanan di Tasikmalaya, Jawa Barat
Perlawanan
di Singaparna, Tasikmalaya, ini dipimpin oleh Kyai Haji Zaenal Mustofa.
Perlawanan ini terkait dengan tidak bersedianya K.H. Zaenal Mustofa untuk
melakukan Seikeirei, memberikan penghormatan kepada Kaisar Jepang. Dalam
pandangan Zaenal Mustofa, membungkuk seperti itu sama saja dengan memberikan
penghormatan lebih kepada matahari, sementara dalam hukum Islam hal tersebut
terkarang karena dianggap menyekutukan Tuhan.
Pemerintahan
Jepang kemudian mengutus seseorang untuk menangkapnya. Namun utusan tersebut
tidak berhasil karena dihadang rakyat. Dalam keadaan luka, perwakilan Jepang
tersebut memberitahukan peristiwa tersebut kepada pimpinannya di Tasiklamalaya.
Karena tersinggung, Jepang pada 25 Februari 1944 menyerang Singaparna pada
siang hari setelah shalat Jumat. Dalam pertempuran tersebut Zaenal Mustofa
berhasil ditangkap dan kemudian diasingkan ke Jakarta hingga wafatnya.
Jenazahnya dikuburkan di daerah Ancol, dan kemudian dipindahkan ke Tasikmalaya.
c) Perlawanan Sejumlah Perwira Pembela Tanah Air di
Blitar, Buana dan Paudrah (Aceh), dan Cilacap
Perlawanan
sejumlah perwira Pembela Tanah Air (Peta) di Blitar terjadi pada 14 Februari
1945 yang dipimpin oleh Syudanco Supriyadi. Ia adalah seorang syodanco
(komandan peleton) Peta. Perlawanan Supriyadi ini disebabkan karena tidak
tahan lagi melihat kesengsaraan rakyat yang mati karena romusha. Namun
perlawanan tersebut dapat diredam oleh Jepang.
Perlawanan
ini tampaknya tidak direncanakan dengan matang sehingga mudah untuk digagalkan.
Akhirnya para anggota Peta yang terrlibat perlawanan diadili di Mahkamah
Militer Jepang. Orang yang berhasil membunuh Jepang langsung dijatuhi hukuman
mati, antara lain: dr. Ismangil,
Muradi, Suparyono, Halir
Mangkudidjaya, Sunanto,
dan Sudarmo.
Dalam
persidangan tersebut, Supriyadi sendiri sebagai pemimpin perlawanan tidak
diikutsertakan. Beberapa pihak mengatakan bahwa Supriyadi sesungguhnya sudah
ditangkap dan dibunuh secara diam-diam, ada pula pihak yang percaya bahwa
Supriyadi mokswa alias menghilangkan diri tanpa jejak Selain di Blitar,
perlawanan pemuda Peta juga meletus di dua daerah di Aceh, yaitu Buana dan
Paudrah.
Pemimpinnya
adalah Guguyun Teuku Hamid; ia bersama 20 peleton pasukan
melarikan diri dari asrama pada November 1944 untuk merencanakan pemberontakan.
Namun Jepang berhasil mengancam keluarga Teuku Hamid sehingga Teuku Hamid
kembali lagi. Tampaknya rencana perlawanan Teuku Hamid menambah simpati dan
semangat masyarakat sehingga kemudian muncul kembali perlawanan.
Lahirlah
perlawanan Padrah di daerah Bireun, Aceh Utara, yang dipimpin oleh seorang
kepala kampung yang dibantu oleh regu Guguyun. Perlawanan tersebut
menelan banyak korban dari pihak Aceh karena semua yang tertawan akhirnya
dibunuh oleh Jepang.
Di
Gumilir, Cilacap perlawanan dipimpin oleh seorang komandan regu bernama Khusaeri.
Serangan pertama tentara Jepang terdesak, namun setelah bala bantuan datang
Khusaeri mampu dikalahkan. Di Pangalengan, Jawa Barat, pun meletus perlawanan
dari para personil Peta yang juga dapat dilumpuhkan.
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Setelah memperhatikan isi dalam
pembahasan di atas maka dapat penulis tarik kesimpulan sebagai berikut:
Mengenang sejarah tidaklah sesempit memahami gurauan.
Namun mempelajari sejarah adalah jauh lebih mendalam daripada kita memahami
realitas saat ini. Karena sejarah adalah salah satu dari bagian bangunan waktu,
yang darinya kita dapat berdiri saat ini dan mendirikan serangkaian peristiwa
baru yang lain. Sejarahlah yang menjadi pondasi waktu, karena sejarahlah kita
ada saat ini. Dan tidak hanya kita, bahkaan bangsa kita serta dunia sekalipun
adalah dibangun oleh sejarah-sejarah luar biasa umat manusia.
Yang pertama adalah bahwa apabila kita menginginkan
satu cita-cita bersama, kita tidak bisa meraihnya dengan hanya sekelompok orang
atau bahkan sendirian.namun yang kita perlukan adalah persatuan seluruh
kekuatan manusia yang ada guna menuju pencapaian tujuan bersama tersebut.
Seperti perlawanan yang dilakukan bangsa Indonesia ini dulu, ketika kedaerahan
membawa kegagalan, maka jawabannya adalah persatuan yang membawa keberhasilan.
Kedua, persatuan tidak akan terwujud begitu saja.
Persatuan tidak bermakna hanya sekedar berkumpulnya beberapa atau banyak orang,
namun persatuan adalah lebih kepada tersinergikannya suatu kelompok kekuatan
secara rapi. Hal tersebut disebut terkoordinasi secara baik. Dalam realitasnya,
koordinasi tersebut terwujud dalam wadah perjuangan masyarakat berupa
organisasi. Jadi jika kita hendak bertindak pada arah cita-cita, kita harus
berorganisasi. Organisasi pun tidak bermakna hanya sekedar organisasi yang
merupakan wadah bagi beberapa orang yang bervisi sama, namun juga berarti
kepada setiap pribadi setiap orang. Karena organisasi adalah berarti senantiasa
mengorganisir segala sesuatu secara rapi dan teratur, memiliku rencana-rencana
dan strategi yang jelas untuk melangkah pada suatu tujuan. Tanpa adanya suatu
organisasi yang baik, langkah kita dalam mencapai suatu cita-cita adalah sulit.
Seperti tujuan kemerdekaan Indonesia ini dulu, bangsa Indonesia telah menyusun
rencananya dalam wadah-wadah organisasi yang rapi berupa partai-partai nasional
sehingga pada akhirnya tercapailah mimpi proklamasi kemerdekaan Indonesia
Kemudian
yang ketiga adalah kemauan yang membawa perwujudan. Keinginan yang tinggi
bangsa Indonesia untuk merdeka, sesungguhnya bukanlah sekedar hanya keinginan ,
namun senantiasa di wujudkan dalam perjuangan-perjuangan nyata.
Oleh karena
itu dalam mewujudkan suatu impian ,kita harus mau bertindak segera karna mimpi
akan tindakan hanyalah akan berupa mimpi dalam pikiran kita ,jika ingin
melihatnya sebgai kenyataan maka kita harus membangunnya.
3.2 SARAN
Adapun dari penulisan makalah ini
kami selaku penulis menyarankan kepada generasi muda agar tetap mempertahankan
kemerdekaan Indonesia dengan cara ikut berpartisipasi dalam mengisi kemerdekaan
Indonesia dan mencontoh semangat para pahlawan terdahulu dalam kehidupan
sehari-hari. Seluruh warga Indonesia wajib menghargai dan menghormati jasa-jasa
para pahlawan Indonesia
DAFTAR
PUSTAKA
·
Kebangkitan Nasional Wikipedia bahasa
Indonesia, ensiklopedia bebas
·
Nilai Pancasila sila pertama pada masa Kerajaan Sriwijaya dan
Majapahit".com
·
Pendidikan pancasila
di perguruan tinggi
Is a coin casino scam free? - Casino Ow
BalasHapusIs deccasino the coin casino scam? ➤ Check our ⭐ list of no deposit bonuses, free spins, and 바카라 사이트 more. ✓ Try the casino today!🥇 Best Casinos With No Deposit Bonuses🏆 Best Casino With Free 인카지노 Spins Casino Bonus Codes 2021🏆 Best New Casino With Free Spins Casino Bonus Codes 2021
Slot Machines Near Me - MapyRO
BalasHapusFind 구리 출장마사지 the 의왕 출장샵 closest casinos 포항 출장마사지 to you 성남 출장안마 in Las Vegas. Find reviews 삼척 출장마사지 and photos at Mapyro. I found that, in most cases, slot machines only have slot machines in